Rabu, 29 Oktober 2014

Hablum minannas Wa Hablum Minallah


Hablum minannas Wa Hablum Minallah



Malam netbook pinkku sayang.. ditemani langit berbintang dengan hati yang selalu rapuh dengan status jomblo gak jelas alias gantung. Sudah sejak kemarin banyak hal yang ingin saya ceritakan padamu, tapi semua hanya menguap di bawa ketidakpastian bersama angin menuju asa yang tak sampai. Saya ingin bercerita tentang keseharianku belakangan, yang mesti masih belum rajin mandi, tapi dalam hal lain saya sangat bangga pada diriku yang mulai rajin nyuci sepulang kuliah, rajin nyapu, ngepel, masak, lipat baju-baju dan point paling penting saya sudah bisa sedikit banyaknya jaga emosi yang suka meluap-meluap karena jengkel akan sesuatu baik itu karena ulah adik-adik yang suka “patoa-toai” a.k.a “suka ngeledek/kurang ajar”, tugas kebanyakan, perkataan orang yang kepo nya kebangetan dan suka nyela kasih kritikan tanpa lihat dirinya dulu sudah bener apa gak, status jomblo yang gak jelas dan masih banyak hal lain yang suka bikin “Panai’ Cera’” a.k.a “emosi “.
Huffth.. hidup memang tak selalu indah, ada saja hal yang kadang bikin jengkel, marah, sedih, senang, kegirangan sampe senyum-senyum sendiri, nangis sendiri a.k.a terharu sendiri, cekikikan sendiri, ngomel sendiri =D ini namanya gejala gangguan jiwa. Eitsss no, bukan..bukan, terkadang kita butuh ruang untuk mengapresiasikan perasaan kita dan terkadang itu terjadi tanpa kita sadari karena melihat sesuatu (there is object here) jadi kalau kita luapin perasaan sendiri tanpa orang lain itu belum tentu gejala gangguan jiwa loh. Kenapa ? karena kita punye space tersendiri yang terkadang gak butuh orang lain untuk ngapresiasiin, asal jangan keseringan kelewatan dan akhirnya ngebuat kita lebih nyaman dan asyik klo sendiri, mulai menjauh dari orang sekitar karena ngerasa gak butuh orang lain, itu gak boleh dan dilarang keras. Dimana-mana, teman hidup itu sangat berguna, karena kita makhluk sosial yang butuh berinteraksi dengan sesama manusia tentunya. Makanya dalam Islam dikatakan “Hablu Minanass wa Hablu Minaallah” artinya hubungan dengan manusia dan hubungan dengan Tuhan.
Hubungan dengan manusia dan Hubungan dengan Tuhan Pencipta Yang Hakiki.
Karena sekarang saya dilanda rasa haus ingin nulis, walupun gak jelas, tapi setidaknya kalau tidak ada satu orangpun yang ngebaca blog ini, saya bisa buka dan baca sendiri buat nambah angka viewers =D yah gak papalah.
Ok, sekarang bahas Hubungan dengan manusia, 1 kata untuk itu “RUMIT”. Rumit, kenapa ? karena setiap individu itu bahasa kerennya “unik” atau berbeda. Perbedaan inilah yang sering membuat kesalah pahaman, percekcokan, cibiran, dan perkelahian. Ada yang berakhir dengan perdamaian, ada juga yang harus menyimpan dendam. Terkadang kita harus menyamakan pendapat walau memang tak sesuai dengan keinginan kita, terkadang harus berkata iya padahal dalam hati jelas-jelas mengatakan tidak, harus melempar senyum walau dalam hati tidak ikhlas, terkadang pula harus memaafkan walau di hati menyimpan bekas yang tak bisa dihapus hanya dengan kata maaf. Perbedaan itu semakin mencolok ketika menyangkut kasta atau strata social dalam masyarakat. Dulu, keturunan “Karaeng” a.k.a Raja adalah pemilik kasta tertinggi dan dihormati karena darah yeng mengalir dalam tubuhnya, tapi sekarang budaya banyak bergeser sejalan dengan perubahan zaman. Yang kaya, punya harta berlimpalah yang dihormati bukan karena darah mereka yang notabene tidak berbeda dengan darah orang kebanyakan yang berwarna merah (keturunan karaeng pun memiliki darah merah tapi istilah ladzimnya adalah darah biru a.k.a ningrat). Mereka dihormati karena mobil-mobil mewah yang teraparkir dihalaman depan rumah megahnya yang memiliki taman dengan  rumput sintetis dan pohon bonsai yang harganya selangit. Strata ini yang benar-benar menimbulkan perbadaan mencolok antar manusia.
Hablu Minaallah, hubungan dengan Tuhan. Hubungan ini dapat kita tunjukkan dengan beribadah, mematuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya, ini hal paling mainstream untuk dikatakan. Tapi kalimat itu tak semudah dengan realisasinya, ada banyak godaan untuk mencapai fitrah menjalin hubungan baik yang tidak measurable alias tidak bisa diukur dengan Tuhan. Tapi sadar atau tidak sadar, disetiap detik, setiap hembusan nafas (inspirasi dan ekspirasi), detak jantung yang berproses dari masuknya O2 ke paru-paru dibawa kejantung melalui vena pulmonalis masuk ke atrium kiri ke ventrikel kiri dibawa ke aorta  menuju arteri ke arteriole masuk ke kapiler menyebarkan O2 ke sel-sel tubuh balik lagi ke venole menuju vena masuk ke atrium kanan melewati ventrikel kanan keluar ke arteri pulmonalis memasuki paru-paru disana diproses untuk mengeluarkan CO2 lalu di hembuskan melalui proses ekspirasi dan disana terdapat tanda kebesaran Allah SWT. Disetiap hembusan nafas, aliran darah, kontraksi otot dan respon otak disana tubuh kita melakukan dzikirnya mengatas namakan Allah menghidupkan manusia untuk dapat berpikir dan bergerak agar dapat berinadah padaNya.

1 komentar: