Hablum minannas Wa Hablum Minallah |
Malam netbook pinkku sayang.. ditemani langit
berbintang dengan hati yang selalu rapuh dengan status jomblo gak jelas alias
gantung. Sudah sejak kemarin banyak hal yang ingin saya ceritakan padamu, tapi
semua hanya menguap di bawa ketidakpastian bersama angin menuju asa yang tak
sampai. Saya ingin bercerita tentang keseharianku belakangan, yang mesti masih belum
rajin mandi, tapi dalam hal lain saya sangat bangga pada diriku yang mulai
rajin nyuci sepulang kuliah, rajin nyapu, ngepel, masak, lipat baju-baju dan
point paling penting saya sudah bisa sedikit banyaknya jaga emosi yang suka
meluap-meluap karena jengkel akan sesuatu baik itu karena ulah adik-adik yang
suka “patoa-toai” a.k.a “suka ngeledek/kurang ajar”, tugas kebanyakan,
perkataan orang yang kepo nya kebangetan dan suka nyela kasih kritikan tanpa
lihat dirinya dulu sudah bener apa gak, status jomblo yang gak jelas dan masih
banyak hal lain yang suka bikin “Panai’ Cera’” a.k.a “emosi “.
Huffth.. hidup memang tak selalu indah, ada saja hal
yang kadang bikin jengkel, marah, sedih, senang, kegirangan sampe senyum-senyum
sendiri, nangis sendiri a.k.a terharu sendiri, cekikikan sendiri, ngomel
sendiri =D ini namanya gejala gangguan jiwa. Eitsss no, bukan..bukan, terkadang
kita butuh ruang untuk mengapresiasikan perasaan kita dan terkadang itu terjadi
tanpa kita sadari karena melihat sesuatu (there is object here) jadi kalau kita
luapin perasaan sendiri tanpa orang lain itu belum tentu gejala gangguan jiwa
loh. Kenapa ? karena kita punye space tersendiri yang terkadang gak butuh orang
lain untuk ngapresiasiin, asal jangan keseringan kelewatan dan akhirnya ngebuat
kita lebih nyaman dan asyik klo sendiri, mulai menjauh dari orang sekitar
karena ngerasa gak butuh orang lain, itu gak boleh dan dilarang keras.
Dimana-mana, teman hidup itu sangat berguna, karena kita makhluk sosial yang
butuh berinteraksi dengan sesama manusia tentunya. Makanya dalam Islam
dikatakan “Hablu Minanass wa Hablu Minaallah” artinya hubungan dengan manusia
dan hubungan dengan Tuhan.
Hubungan
dengan manusia dan Hubungan dengan Tuhan Pencipta Yang Hakiki.
Karena sekarang
saya dilanda rasa haus ingin nulis, walupun gak jelas, tapi setidaknya kalau
tidak ada satu orangpun yang ngebaca blog ini, saya bisa buka dan baca sendiri
buat nambah angka viewers =D yah gak papalah.
Ok, sekarang
bahas Hubungan dengan manusia, 1 kata untuk itu “RUMIT”. Rumit, kenapa ? karena
setiap individu itu bahasa kerennya “unik” atau berbeda. Perbedaan inilah yang
sering membuat kesalah pahaman, percekcokan, cibiran, dan perkelahian. Ada yang
berakhir dengan perdamaian, ada juga yang harus menyimpan dendam. Terkadang
kita harus menyamakan pendapat walau memang tak sesuai dengan keinginan kita,
terkadang harus berkata iya padahal dalam hati jelas-jelas mengatakan tidak,
harus melempar senyum walau dalam hati tidak ikhlas, terkadang pula harus
memaafkan walau di hati menyimpan bekas yang tak bisa dihapus hanya dengan kata
maaf. Perbedaan itu semakin mencolok ketika menyangkut kasta atau strata social
dalam masyarakat. Dulu, keturunan “Karaeng” a.k.a Raja adalah pemilik kasta
tertinggi dan dihormati karena darah yeng mengalir dalam tubuhnya, tapi
sekarang budaya banyak bergeser sejalan dengan perubahan zaman. Yang kaya,
punya harta berlimpalah yang dihormati bukan karena darah mereka yang notabene
tidak berbeda dengan darah orang kebanyakan yang berwarna merah (keturunan
karaeng pun memiliki darah merah tapi istilah ladzimnya adalah darah biru a.k.a
ningrat). Mereka dihormati karena mobil-mobil mewah yang teraparkir dihalaman
depan rumah megahnya yang memiliki taman dengan
rumput sintetis dan pohon bonsai yang harganya selangit. Strata ini yang
benar-benar menimbulkan perbadaan mencolok antar manusia.
Hablu Minaallah,
hubungan dengan Tuhan. Hubungan ini dapat kita tunjukkan dengan beribadah,
mematuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya, ini hal paling mainstream untuk dikatakan.
Tapi kalimat itu tak semudah dengan realisasinya, ada banyak godaan untuk
mencapai fitrah menjalin hubungan baik yang tidak measurable alias tidak bisa
diukur dengan Tuhan. Tapi sadar atau tidak sadar, disetiap detik, setiap
hembusan nafas (inspirasi dan ekspirasi), detak jantung yang berproses dari
masuknya O2 ke paru-paru dibawa kejantung melalui vena pulmonalis
masuk ke atrium kiri ke ventrikel kiri dibawa ke aorta menuju arteri ke arteriole masuk ke kapiler
menyebarkan O2 ke sel-sel tubuh balik lagi ke venole menuju vena
masuk ke atrium kanan melewati ventrikel kanan keluar ke arteri pulmonalis
memasuki paru-paru disana diproses untuk mengeluarkan CO2 lalu di
hembuskan melalui proses ekspirasi dan disana terdapat tanda kebesaran Allah
SWT. Disetiap hembusan nafas, aliran darah, kontraksi otot dan respon otak
disana tubuh kita melakukan dzikirnya mengatas namakan Allah menghidupkan
manusia untuk dapat berpikir dan bergerak agar dapat berinadah padaNya.